Syarat Laa Ilaaha Illallah (3)
Alhamdulillah wa sholatu wa salamu ‘alaa Rosulillah wa ‘alaa ashabihi wa maa walaah.
Melanjutkan artikel yang sudah lama terbengkalai (klik disini dan disini) karena suatu dan lain hal.
Syarat ketiga dari kalimat Laa Ilaaha Illallah adalah ikhlas.
Syaikh Ibrohim Al Khuroisy Hafizhahullah mengatakan,
“Ketiga : Ikhlas yang meniadakan kemusyrikan.
Yaitu syarat ketiga dari Laa Ilaaha Illallah adalah ikhlas. Ikhlas
secara bahasa adalah memurnikan. Sedangkan dalam istilah syari’at
berarti cinta kepada Allah dan menginginkan wajah Nya serta memurnikan
ibadah seluruhnya dari semua bentuk penyekutuan dan hanya kepada Allah.
Karena Allah lah Dzat berhak diibadahi tidak selainnya.
Maka kalimat Laa Ilaaha Illallah seseorang tidaklah bermanfaat (tidak
memasukkan seseorang ke dalam Islam –pen) tanpa adanya keikhlasan yang
meniadakan kemusyrikan. Yang mana kemusyrikan adalah menyamakan selain
Allah dengan Allah pada hal-hal yang merupakan kekhususan bagi Allah”[1].
Adapun dalil syarat ini adalah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,
أَلَا لِلَّهِ الدِّينُ الْخَالِصُ
“Ketahuilah hanya milik Allah agama yang ikhlas”. (QS. Az Zumar [39] : 3).
Syaikh Ibrohim Al Khuroisy Hafizhahullah mengatakan,
“Yaitu amal tidak akan diterima melainkan amal yang hanya ikhlas
kepada Allah semata bebas dari kemusyrikan. Inilah makna kalimat
syahadat Laa Ilaaha Illallah. Pada ayat ini terdapat penjelasan
bahwasanya ibadah tidak akan bermanfaat tanpa adanya keikhlasan yang
meniadakan sekutu/kemusyrikan. Karena ikhlas adalah syarat ibadah. Maka jika syaratnya tidak ada maka pastilah yang dipersyaratkan tidak teranggap”[2].
Artinya syahadat Laa Ilaaha Illallah nya tidak teranggap adanya.
Dalil lainnya adalah firman Allah Ta’ala,
وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya”. (QS. Al Bayyinah [98] : 5).
Syaikh Ibrohim Al Khuroisy Hafizhahullah mengatakan,
“Yaitu mereka orang-orang kafir dan ahlu kitab tidak diperintahkan
kecuali untuk mentauhidkan Allah semata dalam ibadah dan meniadakan
sekutu bagi Nya”[3].
Sedangkan dalil dari sunnah Nabi Shollallahu ‘alaihi wa sallam adalah hadits dari Abu Huroiroh Rodhiyallahu ‘anhu Rosulullah Shollallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَسْعَدُ النَّاسِ بِشَفَاعَتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَنْ قَالَ : لا إِلَهَ إِلا اللَّهُ خَالِصَةً مِنْ قِبَلِ نَفْسِهِ
“Manusia yang paling bahagia dengan syafaatku pada hari qiyamat adalah orang yang mengucapkan syahadat Laa Ilaaha Illallah ikhlas dari jiwanya”[4].
Syaikh Ibrohim Al Khuroisy Hafizhahullah mengatakan,
“Syahid/point pendalilannya dari hadits ini adalah pada sabda Nabi Shollallahu ‘alaihi wa sallam (خَالِصَةً)
ikhkas. Sesungguhnya ikhlas merupakan syarat kalimat tauhid Laa Ilaaha
Illallah. Sesungguhnya orang yang tidak mengikhlaskan ibadahnya hanya
kepada Allah semata tanpa menyekutukan Nya, tidak akan mendapatkan
syafaat (Nabi Shollallahu ‘alaihi wa sallam). Karena dia musyrik. Sedangkan orang yang musyrik tidak akan bermanfaat syafa’at dari orang yang mampu memberikan syafa’at”[5].
Demikianlah mudah-mudahan bermanfaat.
[1] At Tanbihaat Al Mukhtashoroh hal. 36-37 terbitan Dar Shomi’i, Riyadh, KSA.
[2] Idem hal. 46.
[3] Idem.
[4] HR. Bukhori no. 99.
[5] At Tanbihaat Al Mukhtashoroh hal. 47.
Sumber : www.alhijroh.com
0 komentar:
Posting Komentar