Kaidah Penting Dalam Memahami Al Qur’an dan As Sunnah
Pembaca yang semoga dimuliakan Allah Subhanahu wa Ta’ala pada
kesempatan kali ini kita akan kembali mencoba menggali kaidah-kaidah
ushul/dasar yang disampaikan para ulama untuk memamahi Al Qur’an dan
Sunnah secara benar. Diantara kaidah yang disampaikan oleh para ulama
adalah kaidah singkat yang akan kita ketengahkan dalam tulisan ini
yaitu,
“Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam telah menjelaskan makna – makna ayat Al Qur’an kepada para sahabatnya”.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah Rohimahullah mengatakan, “Wajib bagi kita mengetahui bahwasanya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam telah
menjelaskan makna – makna ayat Al Qur’an kepada para Sahabatnya
sebagaimana beliau mengajarkan lafadz – lafadz Al Qur’an. Sebagaimana
Allah Subhana wa Ta’ala tegaskan dalam firmanNya,
وَأَنْزَلْنَا إِلَيْكَ الذِّكْرَ لِتُبَيِّنَ لِلنَّاسِ مَا نُزِّلَ إِلَيْهِمْ
“Dan Kami (Allah) turunkan kepadamu Adz Dzikr (Al Qur’an) agar kamu menjelaskan kepada manusia (para Sahabat) tentang apa yang diturunkan kepada mereka (Al Qur’an)”(QS : An Nahl [16] : 44).
Maka ayat ini mencakup ini dan itu[1]”.
Syaikh Muhammad bin Sholeh Al ‘Ustaimin Rohimahullah mengatakan,
“Demikian juga dengan firman Allah Subhana wa Ta’ala,
ثُمَّ إِنَّ عَلَيْنَا بَيَانَهُ
“Kemudian, sesungguhnya atas tanggungan Kamilah penjelasannya”(QS : Al Qiyamah [75] : 19).
Makna ayat ini mencakup ini dan itu maksudnya menjelaskan lafadz ayat
Al Qur’an dan menjelaskan makna lafadznya. Maka hal ini merupakan
bantahan yang jelas bagi Ahlu Tafwidh yang berpendapat bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam tidak menjelaskan makna nama – nama Allah dan makna shifat – shifatNya[2]. Maka kita katakan kepada orang yang memiliki pemikiran semisal ini, “Pendapat kalian itu boleh jadi bermaksud bahwa Rosulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam jahil/bodoh terhadap makna nama – nama Allah dan shifat – shifatNya, atau boleh jadi juga mengganggap bahwa beliau Shallallahu ‘alaihi wa Sallam
menyembunyikan apa yang diketahuinya. Jika kalian berpendapat dengan
pendapat yang pertama maka berarti kalian telah menyifati Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam dengan shifat jahil/bodoh. Sedangkan apabila kalian berpendapat dengan pendapat yang kedua maka kalian menyifati Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam dengan sifat khiyanat.
Firman Allah Subhana wa Ta’ala,
لِتُبَيِّنَ لِلنَّاسِ مَا نُزِّلَ إِلَيْهِمْ
“Agar kamu menjelaskan kepada manusia (para Sahabat) tentang apa yang diturunkan kepada mereka (Al Qur’an)”(QS : An Nahl [16] : 44).
Huruf lam dalam ayat ini adalah lam ta’lil yang menunjukkan tujuan
dan bukan lam amr/perintah. Hal ini ditandai dengan fi’il setelahnya
mansub”.
[Diterjemahkan dari Syarh Muqodimah Tafsir Syaikhul Islam Ibnu
Taimiyah oleh Syaikh Muhammad bin Sholeh Al ‘Utsaimin hal. 22 terbitan
Madarul Wahton, Riyahd, KSA]
0 komentar:
Posting Komentar