Kedudukan Ilmu Tentang Nama-nama dan Shifat Allah Ta’ala
Alhamdulillah wa sholatu wa salamu ‘alaa Rosulillah wa ‘alaa ashabihi wa maawalaah. Tentu kita pernah mendengar hadits Nabi Shollallahu ‘alaihi wa Sallam,
مَنْ يُرِدِ الله بِهِ يُفَقِّهْهُ فِي الدِّينِ
“Siapa yang Allah inginkan untuknya kebaikan yang sangat banyak maka Dia akan pahamkan bagi orang tersebut urusan agamanya”[1].
Ketahuilah bahwa perkara terbesar yang harus dipahami seorang muslim adalah perkara agamanya. Sedangkan perkara agama yang terbesar adalah tauhid kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Pengetahuan, pemahaman yang benar tentang tauhid asma’ dan shifat Allah merupakan salah satu dari 3 fundamen tauhid di dalam Agama Islam. Oleh sebab itu Ibnul Qoyyim Rohimahullah mengatakan,
“Barangsiapa yang ingin meninggikan bangunannya maka wajib baginya untuk memperkuat, menyempurnakannya serta memperikan perhatian khusus terhadap pondasinya. Sebab tingginya bangunan sesuai kadar kekuatan dan kesempurnaan pondasinya. Berbagai amal dan tingkatannya merupakan bangunan sedangkan pondasinya adalah iman”[2]. Beliau juga mengatakan[3],
“Orang yang arif pusat perhatiannya adalah membenarkan dan menyempurnakan pondasinya. Sedangkan orang yang dungu akan meninggikan bangunannya tanpa (memperhatikan –pen) pondasi sehingga taklama kemudian runtuh. Allah Subhana wa Ta’ala berfirman,
أَفَمَنْ أَسَّسَ بُنْيَانَهُ عَلَى تَقْوَى مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانٍ خَيْرٌ أَمْ مَنْ أَسَّسَ بُنْيَانَهُ عَلَى شَفَا جُرُفٍ هَارٍ فَانْهَارَ بِهِ فِي نَارِ جَهَنَّمَ
“Maka apakah orang-orang yang mendirikan mesjidnya di atas dasar taqwa kepada Allah dan keridhoan Nya itu yang baik, ataukah orang-orang yang mendirikan bangunannya di tepi jurang yang runtuh, lalu bangunannya itu ruboh bersama-sama dengan dia ke dalam neraka Jahannam”. (QS. At Taubah [9] : 109)
Beliau mengakhiri, “Inilah dua pondasi, (pertama) : Benarnya pengetahuan tentang Allah, perintah Nya, Nama-nama dan shifat Nya. Kedua : memurnikan kepatuhan kepada Nya dan Rosulnya tidak kepada selain Nya. Inilah pondasi yang paling kuat yang harus dimiliki seorang hamba untuk bangunannya. Sekadar kuatnya pondasi ini demikian pulalah tinggi bangunan yang dia inginkan”[4]. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah Rohimahullah mengatakan[5],
“Di dalam Al Qur’an penyebutan Nama-nama dan Shifat serta Perbuatan Allah lebih banyak daripada penyebutan makanan, minuman dan perkawinan di surga. Ayat-ayat yang terkandung padanya penyebutan Nama-nama Allah dan Shifat Nya memiliki kedudukan yang lebih tinggi daripada ayat yang terkandung di dalamnya kehidupan akhirat. Ayat yang paling mulia di dalam Al Qur’an adalah ayat kursi. Nabi Shollallahu ‘alaihi wa Sallam bertanya kepada Ubay bin Ka’ab Rodhiyallahu ‘anhu,
[Diringkas dari Kitab Fiqh Asma’ul Husna oleh Prof. DR. ‘Abdur Rozzaq hal. 11-15 terbitan Dar Ibnul Jauziy, Riyadh] 26 Sya’ban 1437 H, 02 Juni 2016 M Aditya Budiman bin Usman bin Zubir [1] HR. Bukhori no. 71, Muslim no. 1037. [2] Lihat Al Fawaid hal. 175. [3] idem. [4] idem. [5] Lihat Dar’u At Ta’arud hal. 310/5 [6] HR. Muslim no. 810.أَتَدْريْ أَيُّ آيَةٍ فِي كِتَابِ اللهِ أَعْظَمُ ؟ قَالَ : قُلْتُ : اللَّهُ لا إِلَهَ إِلا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ قَالَ : فَضَرَبَ فِي صَدْرِي ، وَقَالَ : لِيَهْنِكَ الْعِلْمُ أَبَا الْمُنْذِرِ
“Beritahukanlah kepadaku manakah ayat yang paling agung dalam Kitab Allah (Al Qur’an) ? Maka aku (Ubay) menjawab,اللَّهُ لا إِلَهَ إِلا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ
“Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk Nya)”. (QS. Al Baqoroh [2] : 255)Kemudian Nabi Shollallahu ‘alaihi wa Sallam menepuk dadanya (Ubay) seraya berkata, “Semoga dadamu dipenuhi dengan ilmu wahai Abul Mundzir (kunyahnya Ubay –pen)”[6].
Sumber : www.alhijroh.com
0 komentar:
Posting Komentar