Mari Sudahi Dosa Kita, Mari Mohon Ampun Kepada Allah
Alhamdulillah wa sholatu wa salamu ‘alaa Rosulillah wa ‘alaa ashabihi wa maa walaah.
Beberapa hari ini, kami bersama keluarga merenungi diri kami. Musibah asap ini, makin hari makin banyak memakan korban. Sempat beberapa hari paru-paru ini merasakan udara setelah hujan. Namun tak lama kemudian kembali terasa sesak akibat asap nan tak kunjung hilang. Keadaan inilah yang kami bersama istri renungkan. Mengapa Allah ‘Azza wa Jalla enggan mengangkat musibah ini dari negeri kita, khususnya Pulau Sumatera dan Kalimantan.
Kami sepakat bahwa sebab musibah ini tak lain tak bukan adalah ulah tangan manusia itu sendiri berupa maksiat. Maksiat dalam bentuk menzholimi diri sendiri dan menzholimi diri orang lain. Allah Subhana wa Ta’ala berfirman,
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar, taubat)”. (QS. Ar Ruum [30] : 41)
Silakan lihat tafsir ringkas ayat ini di sini.
Lantas kami teringat dengan Ustadz Armen Halim Naro Rohimahullah, beliau pernah mengutip firman Allah Ta’ala,
وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُعَذِّبَهُمْ وَأَنْتَ فِيهِمْ وَمَا كَانَ اللَّهُ مُعَذِّبَهُمْ وَهُمْ يَسْتَغْفِرُونَ
“Allah sekali-kali tidak akan mengadzab mereka, sedang kamu (Nabi Shollallahu ‘alaihi wa Sallam) berada di antara mereka. Dan tidaklah (pula) Allah akan mengadzab mereka, sedang mereka meminta ampun (taubat, istighfar)”. (QS. Al Anfaal [8] : 33)
Ibnu Katsir Rohimahullah mengatakan[1],
“Firman Allah Ta’ala,
وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُعَذِّبَهُمْ وَأَنْتَ فِيهِمْ وَمَا كَانَ اللَّهُ مُعَذِّبَهُمْ وَهُمْ يَسْتَغْفِرُونَ
“Allah sekali-kali tidak akan mengadzab mereka, sedang kamu (Nabi Shollallahu ‘alaihi wa Sallam) berada di antara mereka. Dan tidaklah (pula) Allah akan mengadzab mereka, sedang mereka meminta ampun (taubat, istighfar)”. (QS. Al Anfaal [8] : 33)
Ibnu Abu Hatim mengatakan, ‘Telah mengabarkan kepadaku ayahku. Abu Hudzaifah Musa bin Mas’ud telah menceritakan kepada kami. ‘Ikrimah bin ‘Ammar telah mengabarkan kepada kami dari Abu Zumail Simak Al Hanfi dari Ibnu ‘Abbas Rodhiyallahuma ‘anhu beliau berkata,
“Dahulu orang-orang musyrik ketika tawaf di Ka’bah, mereka mengucapkan, ‘Labbaik Allahumma Labbaik, Labbaik Laa Syariika Laka’. Lalu Nabi Shollallahu ‘alaihi wa Sallam ketika itu mengatakan ‘Sudah-sudah sampai situ saja”. Namun mereka meneruskan bacaan talbiyahnya (menjadi syirik –pen), ‘Laa Syariika Laka illaa Syariikaan Huwa Laka. Tamlikuhu wa Maa Malak (Kecuali sekutu yang engkau punya dan miliki)’. Mereka mengakatan, “Ampunilah kami Yaa Allah (karena ucapan Muhammad Shollallahu ‘alaihi wa Sallam –pen). Kemudian Allah menurunkan ayat di atas. Ibnu ‘Abbas Rodhiyallahu ‘anhuma mengatakan, “Dahulu mereka kaum musyrikin punya dua sebab keamanan dari adzab Allah. Pertama adanya Nabi Shollallahu ‘alaihi wa Sallam dan kedua adanya istighfar, permohonan ampun (orang-orang yang beriman/para shahabat -pen). Nabi Shollallahu ‘alaihi wa Sallam telah pergi meninggalkan kita dan yang tinggal adalah istighfar, permohonan ampun kepada Allah ‘Azza wa Jalla”[2].
Hati kami seakan tersentak. Demi Allah, inilah salah satu sebab Allah ‘Azza wa Jalla akan mengangkat musibah ini. Boleh jadi wahai saudaraku, Allah ‘Azza wa Jalla menurunkan musibah ini sebagai adzab buat kita. Tahukah kita, istighfar, permohonan ampun dan taubat kitalah yang mungkin diinginkan Allah Subhana wa Ta’ala. Dosaku, dosamu sudah sangat banyak namun hati demikian sombong untuk mengakuinya. Kekerdilan jiwa membuat kita enggan mengakui bahwa inilah akibat perbuatan dosa kita. Kedunguan kita membuat kita suka MENGKAMBING HITAMKAN ORANG LAIN TERMASUK PENGUASA NEGERI INI !!!!! Dosa yang dia lakukan kepada anda gantilah dengan kemaafan dan do’a kepada Allah agar Allah ‘Azza wa Jalla menunjukkan kepadanya kebenaran dan pembisik yang baik. Wahai diriku, wahai saudaraku… tahan lisan kita dari mencaci beliau, gantilah dengan do’a kebaikan. Do’akan dia di kala tidak seorangpun yang tahu. Kita tidak pernah rugi jika melakukannya. Bukanlah Rosulullah Shollallahu ‘alaihi wa Sallam pernah bersabda,
مَا مِنْ عَبْدٍ مُسْلِمٍ يَدْعُو لأَخِيهِ بِظَهْرِ الْغَيْبِ إِلاَّ قَالَ الْمَلَكُ وَلَكَ بِمِثْلٍ
“Tidak ada do’a seorang muslimpun yang mendo’akan saudara (seagama) tanpa sepengetahuannya melainkan malaikat akan mendo’akan, ‘Untukmu yang semisal yang engkau pintakan”[3].
Rugikah kita ??!! Demi Allah, tidak wahai saudaraku. Malaikat yang suci akan mendo’akan kita. Sedangkan kita sangat jauh dari kesucian mereka dari maksiat.
Oleh karenanya, mari STOP MENYALAHKAN KEADAAN, STOP MENGKAMBING HITAMKAN ORANG LAIN. Tunjuk hidung kita masing-masing. Dosa mana yang saya belum bertaubat darinya. Mudah-mudahan Allah segera menurunkan rahmat Nya kepada kita dan mengangkat musibah ini.
Amiin Yaa Robb.
[1] Lihat Tafsir Ibnu Katsir hal. 48/IV terbitan Dar Thoyyibah, Riyadh, KSA.
[2] Diriwayatkan oleh Ath Thobari dalam Tafsirnya hal. 511/XIII.
[3] HR. Muslim no. 4912.
Sumber : www.alhijroh.com
0 komentar:
Posting Komentar