Mengapa Bangsa Kita Kian Terpuruk ?
Alhamdulillah wa sholatu wa salamu ‘alaa Rosulillah wa ‘alaa ashabihi wa maa walaah.
Makin kemari, keadaan bangsa kita semakin memprihatinkan. Penghidupan kian lesu, akhlak morat marit, rasa aman hampir ludes, bencana silih berganti. Kekeringan belum usai, kita sudah ditimpa asap yang makin pekat dan meluas.
Apa penyebabnya ? Seorang ahli bidang ekonomi akan menyampaikan teorinya. Seorang ahli politik dan hukum akan menyampaikan teorinya. Demikian seterusnya. Namun sadarkah kita semua teori itu tidak akan berlaku jika Dzat Pemilik Alam Semesta tidak menginginkannya.
Tulisan singkat ini bukan untuk menghukumi orang lain namun kami tujukan kepada pribadi kita masing-masing sebagai bentuk saling menginginkan kebaikan dan perbaikan.
Kalaulah jujur hati kita menilai tentu hadits berikut akan kita amini kebenarannya. Nabi Shollallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda sebagaimana yang diriwayatkan dari shahabat ‘Umar bin Al Khoththob Rodhiyallah ‘anhum,
إِذَا تَبَايَعْتُمْ بِالْعِينَةِ وَأَخَذْتُمْ أَذْنَابَ الْبَقَرِ وَرَضِيتُمْ بِالزَّرْعِ وَتَرَكْتُمُ الْجِهَادَ سَلَّطَ اللَّهُ عَلَيْكُمْ ذُلاًّ لاَ يَنْزِعُهُ حَتَّى تَرْجِعُوا إِلَى دِينِكُمْ
“Jika kalian sudah bertransaksi dengan cara ribawi, memegang buntut-buntut sapi, ridho/senang dengan pertanian dan meninggalkan jihad maka Allah akan timpakan kepada kamu kehinaan besar. Allah tidak akan mencabut kehinaan itu hingga kalian kembali kepada ajaran agama kalian”[1].
Syaikh ‘Abdul Muhsin Al ‘Abbad Hafizhahullah mengatakan,
والمقصود من ذلك أنهم ركنوا إلى الدنيا، واشتغلوا بالبيع المحرم -الذي هو العينة- وتركوا الجهاد في سبيل الله وأعرضوا عن الآخرة والاشتغال لها، وذلك لكونهم يحرصون على الدنيا وتحصيلها بأي طريق، فهذا هو المذموم، وليس معنى ذلك أن الاشتغال بالزراعة محرم، وكذلك الأخذ بأذناب البقر بمعنى كونهم يستنبطون عليها الماء ويستفيدون منها، فهذا غير محرم، ولكن المذموم أن يكون همهم الدنيا، وأنهم يأخذون الدنيا ولو بطريق الحرام، ويعرضون عن الجهاد في سبيل الله؛ فإن هذا من أسباب الذل والهوان للمسلمين.
“Maksudnya sesungguhnya jika kalian merasa tenang dengan kehidupan dunia, menyibukkan diri dengan transaksi yang diharamkan, meninggalkan jihad di jalan Allah (dalam artian luas bersungguh-sungguh menerapkan ajaran agama Islam -pen), berpaling dari kehidupan akhirat dan menyibukkan diri dengan perkara akhirat. Hal ini karena kalian rakus dengan dunia dan sangat ingin mendapatkannya dengan cara apapun, inilah yang tercela. Bukanlah maknanya bahwa menyibukkan diri dengan dunia pertanian haram, demikian juga dengan peternakan (misal dengan mengambilkan air untuk ternak dan mencari kemanfaatan darinya) maka ini tidaklah tercela. Akan tetapi yang tercela adalah kalian menjadikan cita-cita, keinginan terbesar kalian adalah kehidupan dunia semata, mencari dunia dengan cara apapun walaupun dengan cara haram, berpaling dari jihad di jalan Allah (secara luas -pen). Inilah sebab-sebab kerendahan dan kehinaan kaum muslimin”[2].
Artinya mencari nafkah melalui pertanian, peternakan bukanlah hal yang murni tercela. Namun yang tercela adalah menjadikan tujuan semata adalah dunia, mencari dunia tidak memperdulikan halal dan haram serta melalaikan diri kita dari mempersiapkan dengan tujuan utama yaitu kehidupan akhirat.
Kemudian faidah yang dapat kita ambil dari hadits ini adalah kemuliaan hidup berada di tangan Allah Subhanahu wa Ta’ala, tidak dapat di raih melainkan dengan keridhoan Allah ‘Azza wa Jalla. Oleh sebab itu sebesar apapun usaha yang kita upayakan untuk mencegah krisis multi dimensi di negara ini tentu tidak akan membuahkan hasil apabila usaha tersebut bertentangan dengan aturan Allah ‘Azza wa Jalla, tidak diiringin dengan penguatan kehidupan beragama warga negara.
Allah Subhanahu wa Ta’ala,
ذَلِكُمْ يُوعَظُ بِهِ مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآَخِرِ وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا . وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا .
“Demikianlah diberi pengajaran dengan itu orang yang beriman kepada Allah dan hari akhirat. Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu”. (QS. Ath Tholaq [65] : 2-3)
Intinya :
Jika ingin kehinaan, kesusahan dan keterpurukan yang ada pada bangsa ini hilang maka mari bersama perbaiki hubungan kita kepada Allah ‘Azza wa Jalla dan agama Nya. Mari bermuamalah dengan muamalah yang Allah dan Rosul Nya Shollallahu ‘alaihi wa Sallam halalkan. Kemudian mari jadikan tujuan utama di ubun-ubun kita adalah meraih keridhoan Allah ‘Azza wa Jalla dan berharap surga Nya.
Allahu a’lam.
[1] HR. Abu Dawud no. 3462, Ahmad no. 5562 dan lain-lain. Hadits ini dinyatakan shohih oleh Al Albani Rohimahullah.
[2] Syarh Sunan Abu Dawud via Syamilah.
Sumber : www.alhijroh.com
0 komentar:
Posting Komentar