Penilaian Terbalik
Alhamdulillah wa sholatu wa salamu ‘alaa Rosulillah wa ‘alaa ashabihi wa maa walaah.
Pernah anda bekerja untuk orang lain kemudian anda mendapatkah upah sebagai imbalan ? Kemungkinan sebagian besar kita pernah mengalaminya.
Pernahkah anda berfikir sudah berapa banyak harta orang tua yang sudah anda habiskan selama anda hidup ? Mulai dari prosesi kelahiran anda hingga detik ini anda ada di sini.
Simpan dulu jawaban anda di benak dan hati anda.
Kita lanjutkan…
Pernahkah kita membaca, mendengar berita ada seorang ibu tiri tega membunuh anak tirinya ? Atau pernahkah kita membaca, melihat dan mendengar berita seorang ayah tega ‘menggagahi’ putri kandungnya ? Atau pernahkah kita mendengar berita seorang anak tega mempenjarakan ibu kandungnya ?
Terlepas apapun motif dan latar belakang semua perbuatan di atas, tentu kita sangat geram, marah bahkan sontak mencaci, memaki atau bahkan mencerta dengan kata-kata yang buruk terhadap pelaku perbuatan tersebut. Kita menilai betapa kurang ajarnya perbuatan tersebut. Betapa sang pelaku tidak punya iman (mungkin- pen).
Namun….
Pernah anda mendengar seseorang yang kehilangan suatu barang, lantas mengunjungi kiyai fulan,tuan guru ‘allan untuk menanyakan dimana barang hilang miliknya ?
Atau pernah anda mendengar, melihat ada sebuah iklan zodiak, praktek pesugihan, praktek pedukukan di surat kabar atau televisi ? Bahkan mungkin pernah kita dengar banyak stasiun tv mewancarai seorang paranormal di akhir dan di awal tahun ?
Bagaimana reaksi kebanyakan kita ??
Banyak kita temui, kemarahan, pengingkaran dan kebencian sebagian kita lebih besar pada kasus jenis pertama. Tak jarang juga sebagian kita malah betah membaca, mendengar dan menonton berita kasus kedua.
Ketahuilah wahai saudaraku…
Sungguh ini bukti pendangkalan aqidah ummat. Betapa sebagian besar diantara kita belum memahami tauhid yang Allah ‘Azza wa Jalla perintahkan dan kemusyrikan yang Allah Subhana wa Ta’ala larang.
Saudaraku…
Cukup bagiku untuk membawakan 3 dalil mudah-mudahan diriku, engkau dan kita semua kembali memiliki ghiroh, semangat dan keinginan kuat untuk belajar apa itu tauhid dan apa itu kemusyrikan serta rincian keduanya.
Pertama
Allah Subhana wa Ta’ala berfirman,
إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدِ افْتَرَى إِثْمًا عَظِيمًا
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa kemusyrikan, dan Dia mengampuni segala dosa di bawah itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang berbuat kemusyrikan kepada Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang sangat besar”.(QS. An Nisaa [4] : 48)
Kedua
Masih dalam surat yang sama dan redaksi yang hampir mirip, Allah ‘Azza wa Jalla berfirman,
إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا بَعِيدًا
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa kemusyirikan, dan Dia mengampuni segala dosa di bawah itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang berbuat kemusyrikan kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya”.(QS. An Nisaa [4] : 116)
Wahai saudaraku, buka mata, buka hati dan pasang telinga kita. Camkanlah kedua firman Allah Ta’ala di ini…
Bukankah yang berfirman adalah Al ‘Aliim Dzat Yang Maha Tahu ??!!
Bukankah yang berfirman adalah Al Hakiim Dzat Yang Maha Hikmah ??!!
Bukankah ayat tersebut termaktub dalam Kitab Yang Tidak Ada Keraguan Akan Kebenarannya ??!!
Saudaraku…… walaupun para ulama berselisih pendapat apakah ayat tersebut mencakup seluruh jenis kemusyrikan, kemusyrikan akbar, kemusyrikan ashghor dan khofiy. Namun yang jelas kita dapatkan bahwa Allah ‘Azza wa Jalla masih menjanjikan adanya kemungkinan pengampunan untuk dosa di bawah kemusyrikan untuk orang-orang yang Dia kehendaki.
Camkan wahai saudaraku…
Allah ‘Azza wa Jalla meniadakan ampunan Nya… Adakah yang bisa mengampuni selain Dia ?!!
Ketiga
Hadits dari Rosulullah Shollallahu ‘alaihi wa Sallam.
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ سَأَلْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- أَىُّ الذَّنْبِ أَعْظَمُ عِنْدَ اللَّهِ قَالَ « أَنْ تَجْعَلَ لِلَّهِ نِدًّا وَهُوَ خَلَقَكَ ».
Dari ‘Abdullah (bin Mas’ud –pen) rodhiyallahu ‘anhu. Beliau mengatakan, ‘Aku bertanya kepada Rosulullah Shollallahu ‘alaihi wa Sallam, “Dosa apakah yang paling besar di sisi Allah?” Rosulullah Shollallahu ‘alaihi wa Sallam menjawab, “Engkau mempersekutukan Allah (melakukan kemusyrikan) padahal Dialah yang menciptakanmu”[1].
Bumi yang kita pijak, udara yang kita hirup, air yang kita minum bahkan diri kitapun milik Allah ‘Azza wa Jalla !!!! Masih beranikah kita menoleh, melihat, mendekati atau jangan-jangan melakukan praktek kemusyrikan ??!!!
Bukan besar kecilnya kemusyrikan wahai diri yang engkau nilai… Namun larangan terbesar siapa yang engkau langgar, larangan siapa yang engkau terjang ?? Sedang seluruh yang engkau nikmati adalah milik Nya ??!!!
Ketiga dalil ini sudah sangat akrab di telinga kita.
Pertanyaannya sudah seberapa faham kita ??
Pertanyaannya sudahkah samakah kaca mata penilaian kita dengan dalil di atas ??
Pertanyaannya sudahkah kita jadikan kemusyrikan dengan segala macam jenisnya menjadi suatu hal yang paling kita benci dan hindari ??
Ketika ekspresi spontan kita masih lebih membenci, mengutuk kasus pertama maka berarti buku-buku tentang pelajaran tentang tauhid masih perlu kita baca….
Masih perlu kita ulangi dari muqoddimah hingga halaman terakhir….
Jangan pernah bosan wahai diri… wahai kawan untuk belajar kembali tauhid dan syirik…
Sebagai penutup,
Kami nukilkan sebuah hadits Nabi Shollallahu ‘alaihi wa Sallam.
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ – رضي الله عنه – : قَالَ : سَمِعْتُ النبيَّ -صلى الله عليه وسلم- يَقُوْلُ : «قَالَ اللهُ : يَا ابنَ إِنَّكَ لَوْ أَتَيْتَنِيْ بِقُرابِ الْأَرْضِ خَطَايَا ، ثُمَّ لَقِيتَنِيْ لَا تُشْرِكُ بِيْ شَيْئًا : لَأَتَيْتُكَ بِقُرَابِهَا مَغْفِرَةً».
Dari Anas bin Maalik rodhiyallahu ‘anhu. Beliau mengatakan, ‘Aku pernah mendengar Rosulullah Shollallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda, “Allah Ta’ala berfirman, “Wahai anak keturunan Adam, seandainya kalian mendatangi aku (di hari qiyamat –pen) dengan dosa seluas bumi sedangkan kalian tidak berbuat kemusyrikan sedikitpun kepada Ku. Maka Aku akan benar-benar berikan kepada kalian ampunan seluas bumi”[2].
Maka pantaskah kita menilai, memandang dosa yang berada di bawah kemusyrikan seakan-akan itulah dosa terbesar !!!!! Padahal Dia Allah ‘Azza wa Jalla masih memberikan peluang pengampunan ??!!!
Pantaskah kita menilai bahwa kemusyrikan dengan segala macam jenisnya merupakan dosa yang ringan !!!!!! Padahal Dia Allah ‘Azza wa Jalla tidak mengampuninya ??!!!
[1] HR. Bukhori no. 7520, Muslim no. 86.
[2] HR. Tirmidzi no. 3540. Hadits ini dinilai shohih oleh Al Albani Rohimahullah.
Sumber : www.alhijroh.com
0 komentar:
Posting Komentar