Minggu, 19 Juni 2016

Takut Singgah di Tempat Horor ?!

Posted By: Abu Azka Al Ghuraba - 19.55

Share

& Comment

Takut Singgah di Tempat Horor ?!
 
Alhamdulillah wa Sholatu wa Salamu ‘alaa Rosulillah Shollallahu ‘alaihi wa Sallam.
 
Permisi mbah, kami lewat. Amit mbah saya mau buang hajat. Pernah dengar ucapan ini ? Atau kita malah pernah ngucapin semisal itu ? Kalo pernah mari segera istighfar, bertaubat kepada Allah ‘Azza wa Jalla.
 
Kalimat-kalimat di atas sering terdengar oleh kita, baik yang diucapkan orang lain ataupun yang dulu pernah kita ucapkan sendiri mungkin. Boleh tidak ucapan semacam itu ?? Apa solusi penggantinya ??
Maka jawaban pertanyaan pertama tentu saja tidak boleh dan merupakan bentuk kemusyrikan terhadap Allah ‘Azza wa Jalla. Perkataan semisal di atas muncul dari rasa takut terhadap sesuatu yang tidak dilihat.
 
Syaikh Muhammad bin Sholeh Al ‘Utsaimin Rohimahullah mengatakan,
 
Takut Singgah di Tempat Horor 1
 
“Khouf / rasa takut adalah reaksi emosional yang muncul disebebkan dugaan akan tertimpa suatu hal yang membinasakan, bahaya atau akan ada gangguan. Allah Subhanahu wa Ta’ala telah melarang takut terhadap wali-wali syaithon dan memerintahkan hanya takut kepada Nya semata.
 
Takut ada 3 jenis : (beliau menyebutkan takut jenis pertama dan kedua -pen)
 
Jenis Ketiga, takut sirr/samar, tersembunyi misalnya takutnya seseorang kepada penghuni kubur, takut terhadap seorang wali yang jauh dan tidak mampu mempengaruhi apapun pada dirinya. Namun orang ini memiliki rasa takut yang tersembunyi kepadanya.
 
Jenis ketiga ini disebutkan para ulama merupakan bagian dari kemusyrikan[1].
 
Dalilnya adalah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,

إِنَّمَا ذَلِكُمُ الشَّيْطَانُ يُخَوِّفُ أَوْلِيَاءَهُ فَلَا تَخَافُوهُمْ وَخَافُونِ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ

“Sesungguhnya mereka itu tidak lain hanyalah syaithan yang menakut-nakuti (kamu) dengan kawan-kawannya, karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada Ku, jika kamu benar-benar orang yang beriman”. (QS. Ali ‘Imron [3] : 175).
Sedangkan jawaban untuk pertanyaan kedua adalah sabda Nabi Shollalahu ‘alaihi wa Sallam,

مَنْ نَزَلَ مَنْزِلاً ثُمَّ قَالَ أَعُوذُ بِكَلِمَاتِ اللَّهِ التَّامَّاتِ مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ. لَمْ يَضُرُّهُ شَىْءٌ حَتَّى يَرْتَحِلَ مِنْ مَنْزِلِهِ ذَلِكَ

“Barangsiapa yang singgah singgah di suatu tempat kemudian mengucapkan

(أَعُوذُ بِكَلِمَاتِ اللَّهِ التَّامَّاتِ مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ)

‘Aku berlindung dengan Kalimat Allah yang sempurna dari keburukan hal yang Dia ciptakan’. 
Maka sesuatu yang buruk tidak akan menimpanya hingga dia beranjak dari tempat tersebut”[2].
Syaikh Prof. DR. ‘Abdur Rozzaq Hafizhahullah mengatakan[3],
 
Takut Singgah di Tempat Horor 2
 
“Do’a ini merupakan do’a yang agung. Padanya terdapat menyandarkan diri kepada kepada Allah ‘Azza wa Jalla, berpegang teguh dengannya dan memohon perlindungan dengan kalimat-kalimat Nya. Hal ini berbeda dengan apa yang dilakukan orang-orang jahiliyah yang mereka memohon perlindungan kepada jin, bebatuan dan lain sebagainya yang mana makhluk-makhluk ini tidaklah menambahkan kepada mereka melainkan dosa, kelemahan dan kerendahan sebagaimana firman Allah Ta’ala.

وَأَنَّهُ كَانَ رِجَالٌ مِنَ الْإِنْسِ يَعُوذُونَ بِرِجَالٍ مِنَ الْجِنِّ فَزَادُوهُمْ رَهَقًا

“Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki dari kalangan jin, maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan”. (QS. Al Jin [72] : 6)
Maka Allah Tabaroka wa Ta’ala mencela permohonan perlindungan mereka. Kemudian Allah menjelaskan bahaya perbuatan tersebut, akibat yang menyakitkan di kehidupan dunia dan akhirat. Allah Subhanahu wa Ta’ala mensyari’atkan kepada para hambanya yang beriman agar meminta perlindungan hanya kepada Nya semata, menyandarkan diri mereka kepada Nya tidak kepada selain Nya. Karena di tangan Nya lah pengaturan segala urusan, Dia lah tempat pelarian para hamba. Sedangkan selain Nya maka mereka tidaklah memiliki kemampuan memberikan kemanfa’atan maupun kemudhorotan terlebih lagi tentu tidak memiliki kekuasaan apapun untuk memberikan atau menimpakan kepada orang lain”.
 
An Nawawiy Rohimahullah mengatakan[4],
 
Takut Singgah di Tempat Horor 3
 
“Sabda Nabi Shollalahu ‘alaihi wa Sallam (أَعُوذُ بِكَلِمَاتِ اللَّهِ التَّامَّاتِ) maknanya adalah kalimat-kalimat yang tidak ada padanya kekurangan dan cacat. Pendapat lain menyebutkan maksudnya adalah kalimat yang bermanfaat dan mujarab. Pendapat lain menyebutkan maksudnya adalah Al Qur’an. Allahu a’lam”.
 
Syaikh Prof. DR. ‘Abdur Rozzaq Hafizhahullah mengatakan[5],
 
Takut Singgah di Tempat Horor 4
 
“Pada hadits ini terdapat dalil yang menunjukkan disyari’atkannya berlindung dengan Shifat-shifat Allah. Sesungguhnya permohonan perlindungan adalah ibadah yang tidak boleh dipalingkan kepada selain Allah. Faidah lainnya adalah bahwa Kalam Allah –diantaranya Al Qur’an- bukanlah makhluk. Karena jika Al Qur’an makhluk maka tidak boleh memohon perlindungan kepada makhluk. Karena permohonan perlindungan kepada makhluk tidak boleh bahkan merupakan bentuk kemusyrikan kepada Allah Al ‘Azhim”.
 
Beliau melanjutkan[6],
 
Takut Singgah di Tempat Horor 5
 
“Sabda Nabi Shollalahu ‘alaihi wa Sallam (مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ) maknanya dari semua keburukan yang dapat diberikan seluruh makhluk, baik dari kalangan hewan, manusia, jin, singa, serangga, angin, badai dan lain-lain dari jenis-jenis bencana”.
 
Takut Singgah di Tempat Horor 6
 
“Sabda Nabi Shollalahu ‘alaihi wa Sallam (لَمْ يَضُرُّهُ شَىْءٌ حَتَّى يَرْتَحِلَ مِنْ مَنْزِلِهِ ذَلِكَ) yaitu apapun yang terjadi. Karena dia berada dalam penjagaan Allah. Namun dipersyaratkan pada doa ini dan do’a selainnya : [1] percaya, yakin, [2] niat yang benar, [3] benar-benar percaya dan bergantung kepada Allah ‘Azza wa Jalla, [4] semangat untuk senantiasa mengamalkan pada setiap tempat yang anda singgahi”.
 
Takut Singgah di Tempat Horor 7
 
Al Qurthubi Rohimahullah mengatakan, “Ini merupakan khabar yang benar, perkataan yang jujur. Kita dapat mengetahuinya kebenarannya dari sisi dalil dan pengamalannya. Maka aku (Al Qurthubi) sejak mendengarkan hadits ini, aku senantiasa mengamalkannya. Maka tidak ada sesuatu apapun yang membahayakanku hingga suatu saat aku lupa mengamalkannya ketika aku pergi ke dekat Al Mahdiyah pada suatu malam. Kemudian aku memifikirkannya dalam hatiku. Maka aku dapati bahwa aku telah lupa memohon perlindungan dengan kalimat-kalimat ini”.[7]


[1] Lihat Syarh Tsalatsatul Ushul hal. 56-57 terbitan Dar Tsuroya, Riyadh, KSA.
[2] HR. Muslim no. 2708.
[3] Lihat Fiqh Al Ad’iyah wal Adzkaar hal. 276-277/III terbitan Kunuuz Isybiliya, Riyadh, KSA.
[4] Lihat Al Minhaaj hal. 34/IX Terbitan Darul Ma’rifah, Beirut, Lebanon.
[5] Lihat Fiqh Al Ad’iyah wal Adzkaar hal. 277/III.
[6] Idem.
[7] Lihat Taisir Azizil Hamid Syarh Kitab Tauhid hal. 175 terbitan Al Maktab Al Islamiyah, Beirut.

Sumber : www.alhijroh.com

About Abu Azka Al Ghuraba

Organic Theme. We published High quality Blogger Templates with Awesome Design for blogspot lovers.The very first Blogger Templates Company where you will find Responsive Design Templates.

0 komentar:

Posting Komentar

Copyright © Maktabah Abu Azka

Designed by Templatezy