Kaji Diri Sebelum dan Sesudah Romadhon
Alhamdulillah wa sholatu wa salamu ‘alaa Rosulillah wa ‘alaa ashabihi wa maa walaah.
Ketika kita didatangi oleh orang yang kita harapkan kehadirannya, tentulah kita akan menjamunya dengan jamuan semaksimal yang kita mampu. Jamuan itu merupakan gambaran ekspresi hati kita akan kedatangannya.
Sebaliknya ketika tamu tersebut hendak pulang ke tempat asalnya, maka sudah barang tentu hati kita merasa sedih sekaligus gembira. Sedih karena ditinggal dan senang karena sudah menjamu sang tamu.
Romadhon ibarat tamu yang agung, orang yang mengerti kedudukannya maka akan mampu menjamunya dengan berbagai amalan ibadah. Nabi Shollallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda,
……وَيُنَادِي مُنَادٍ : يَا بَاغِيَ الْخَيْرِ أَقْبِلْ ، وَيَا بَاغِيَ الشَّرِّ أَقْصِرْ ،
“………Seorang penyerupun menyeru, “Wahai para pencari kebaikan terimalah. Wahai pencari keburukan/maksiat berhentilah…….”[1].
Syaikh Abul Hasan ‘Ubaidillah bin Ahmad Al Mubarokfuri Rohimahullah mengatakan,
(يا باغي الخير) أي طالب الخير (أقبل) أي على فعل الخيرفهذا أو إنك فإنك تعطي جزيلاً بعمل قليل، وذلك لشرف الشهر.قال القاري: أي طالب العمل والثواب أقبل إلى الله تعالى وطاعته بزيادة الاجتهاد في عبادته، وهو أمر من الإقبال أي تعال. فإن هذا أو إنك فإنك تعطى الثواب الجزيل بالعمل القليل
“Sabda Nabi (يَا بَاغِيَ الْخَيْرِ) maksudnya ‘Wahai para pencari kebaikan’. (أَقْبِلْ) ‘(terimalah –pen) untuk melakukan kebajikan. Sesungguhnya engkau akan diberikan balasan yang besar dengan hanya melakukan amal yang sedikit. Hal tersebut karena kemulian Bulan (Romadhon –pen). Al Qori mengatakan, “Maksudnya para pemburu amal dan pahala terimalah seruan Allah ta’ala, ta’atlah kepada Nya dengan menambah kesungguhan beribadah kepada Nya. Ini merupakan perintah untuk menyeru, mengajak. Karena sesungguhnya engkau akan diberikan pahala yang luar biasa dengan melakukan amal yang sedikit”[2].
Syaikh Prof. DR. ‘Abdur Rozzaq Hafizhahullah mengatakan,
“Sesungguhnya anda akan menjumpai musim-musim kebaikan, musim keta’atan maka terimalah dengan segera/penuh antusias. Bersemangatlah dengan semangat yang kuat. Waspadalah dan waspadalah agar jiwamu tidak menyepelekan kesempatan besar ini. Bulan ini merupakan musim-musim penuh keuntungan untuk kebaikan, perniagaan (amalnya) memiliki keuntungan melimpah. Jika dia telah pergi maka tidak akan kembali lagi”.
Beliau melanjutkan,
“Tidak layak orang yang ingin melakukan keburukan atau orang yang jiwa masih tergerak ingin melakukan keburukan untuk memberikan kesempatan ini untuk terus menerus di atas keburukannya, menyia-nyiakannya dengan ketersesatan amalnya[3], terus menerus dalam ketersesatan ilmunya[4] pada musim yang mulia dan penuh berkah ini”[5].
Pointnya yang ingin kami sampaikan adalah cobalah kita kaji diri kita. Apakah kita termasuk pemburu kebaikan dan pahala di Bulan Romadhon yang telah berlalu ini ?? Ataukah kita pelaku berbagai kemaksiatan yang berhenti semata-mata karena syaithon dibelenggu di bulan Romadhon ??
Ketika Romadhon telah pergi meninggalkan kita, maka timbanglah ucapan Syaikh Muhammad bin Sholeh Al ‘Utsaimin Rohimahullah berikut ini.
“Maka seorang mukmin (yang kuat imannya –pen) akan senang karena telah berhasil menyempurnakan puasa dan sholat tarawih serta karena telah terbersihkan/terbebaskan dari dosa-dosa. Sedangkan orang yang lemah imannya akan senang karena telah terbebaskan dari puasa yang mana puasa ini terasa berat dan sesak di dadanya. Perbedaan diantara keduanya sangat besar”[6].
Pointnya : Rasakan, nilai sendiri dengan hati yang jujur. Kita termasuk yang mana ?
Mari jadikan Romadhon kemaren sebagai madrasah buat kita agar menjadi orang yang lebih baik lagi secara ilmu, amal, dakwah dan mu’amalah.
[1] HR. Tirmidzi no. 682, Ibnu Majah no. 1642. Hadits ini dishohihkan oleh Al Albani Rohimahullah.
[2] Lihat Muro’atul Mafatih Syarh Misykatul Mashobih hal. 413/VI terbitan Benares India (Via Syamilah).
[3] Maksudnya tersesat karena telah tahu ilmu namun tidak mau melaksanakannya karena orientasinya bukan mengikuti kebenaran.
[4] Maksudnya tersesat karena tidak tahu ilmunya namun beramal atau tahu ilmunya namun tidak mau beramal. (Faidah dari Tafsir Ibnu Katsir yang kami diingatkan salah seorang guru kami Ustadz Didik Suyadi Hafizhahullah).
[5] Lihat Wa Jaa Syahru Romadhon hal. 10-11 terbitan Darul Fadhilah, Riyadh, KSA.
[6] Lihat Majalis Syahri Romadhon hal. 240 terbitan Muasasah Ibnu ‘Utsaimin, Unaizah, KSA.
Sumber : www.alhijroh.com
0 komentar:
Posting Komentar