2 Godaan Terbesar Dalam Keistiqomahan
Alhamdulillah wa sholatu wa salamu ‘alaa Rosulillah wa ‘alaa ashabihi wa maa walaah.
Ada 2 senjata ampuh yang digunakan syaithon untuk memalingkan seorang muslim dari jalan keistiqomahan. Sebagai seorang yang akan ‘berperang’ dengan syaithon maka sudah selayaknya kita mempersiapkan pertahanan maksimal untuk menangkis keampuhan dua senjata syaithon tersebut.
Pertanyaannya apakah 2 senjata tersebut agar kita mampu mempersiapkan prisai untuk menangkisnya ?
Mari simak pemaparan Syaikh Prof. DR. ‘Abdur Rozzaq Hafizhahullah berikut.
Syaikh Prof. DR. ‘Abdur Rozzaq Hafizhahullah menuturkan[1].
Faktor Pencegah Keistiqomahan Adalah Syubhat Yang Menyesatkan dan Syahwat Yang Menggoda
Syubhat dan Syahwat merupakan pemutus, penghalang, sesuatu yang memalingkan dari keistiqomahan. Orang yang berjalan di atas jalan keistiqomahan senantiasa diikuti oleh syubhat dan syahwat yang akan memalingkan dan menghalanginya dari jalan Allah yang lurus.
“Setiap orang yang menyimpang dari jalan istiqomah. Biasanya dia dipalingkan oleh syubhat ataupun syahwat. Syahwat akan merusak amal sedangkan syubhat akan merusak ilmu”.
Allah ‘Azza wa Jalla berfirman,
أَنَّ هَذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ وَلَا تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ
“Ini adalah jalan Ku yang lurus, maka ikutilah dia. Janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain) karena jalan-jalan itu mencerai beraikan (memalingkan) kamu dari jalan Nya”. (QS. Al An’am [6] : 153)
Telah terdapat dalam Musnad Imam Ahmad sebuah hadits yang diriwayatkan dari ‘Abdullah bin Mas’ud Rodhiyallahu ‘anhu,
خَطَّ لَنَا رَسُولُ اللهِ صَلَّى الله عَلَيه وسَلَّم خَطًّا ، فَقَالَ : هَذَا سَبِيلُ اللهِ ، ثُمَّ خَطَّ خُطُوطًا عَنْ يَمِينِهِ ، وَعَنْ شِمَالِهِ ، فَقَالَ : هَذِهِ سُبُلٌ عَلَى كُلِّ سَبِيلٍ مِنْهَا شَيْطَانٌ يَدْعُو إِلَيْهِ ، ثُمَّ تَلاَ : {وَ أَنَّ هَذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ وَلَا تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ } الآيَةَ.
“Rosulullah Shollallahu ‘alaihi wa Sallam membuat garis lurus kepada kami. Lalu beliau berkata, “Ini adalah jalan Allah”. Kemudian beliau menggambar garis di kanan dan kiri jalan tersebut. Kemudian berkata, “Ini adalah jalan-jalan (kesesatan -pen). Pada setiap jalan ada syaithon yang menyeru, mengajak kepadanya”. Kemudian beliau membaca Firman Allah Ta’ala,وَ أَنَّ هَذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ وَلَا تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ
Ini adalah jalan Ku yang lurus, maka ikutilah dia. Janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain) karena jalan-jalan itu mencerai beraikan (memalingkan) kamu dari jalan Nya”. (QS. Al An’am [6] : 153)[2].
Syaithon yang mengajak menuju penyimpangan dari jalan keistiqomahan yang lurus. Ajakannya tersebut boleh jadi dalam bentuk syubhat atau dapat dalam bentuk dorongan syahwat.
“Jika syaithon melihat seseorang yang lalai maka dia akan masuk melalui pintu syahwat. Sedangkan apabila dia tidak demikian (bukan orang yang lalai -pen) maka syaithon akan masuk melalui pintu syubhat. Sebagaimana ucapan sebagian salaf, “Tidaklah Allah memerintahkan suatu perkara melainkan syaithon punya dua metode untuk menyesatkan manusia : Boleh jadi metode membuat lalai dan menyepelekan perkara tersebut, atau terlalu berlebihan. Syaithon tidak peduli metode mana pun yang akan berhasil”.
Ibnul Qoyyim Rohimahullah mengatakan, “Banyak orang yang gagal mencapai keistiqomohan karena dua jurang ini yaitu jurang meremehkan, kelalaian dan jurang berlebihan, melampaui batas. Sedikit sekali yang mampu tetap di atas jalan keistiqomahan Rosulullah Shollallahu ‘alaihi wa Sallam dan para shahabatnya Rodhiyallahu ‘anhum”[3].
Kami akan menghadirkan sebuah permisalan yang menakjubkan dan agung serta sangat bermanfaat. Telah sah dalam kitab Al Musnad Imam Ahmad dan Sunan Timidzi dan selainnya dari periwayatan shahabat Nawwas bin Sam’an Rodhiyallahu ‘anhu dari Rosulullah Shollallahu ‘alaihi wa Sallam,
ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا صِرَاطًا مُسْتَقِيمًا, وَعَلَى جَنْبَتَيْ الصِّرَاطِ سُورَانِ فِيهِمَا أَبْوَابٌ مُفَتَّحَةٌ, وَعَلَى الْأَبْوَابِ سُتُورٌ مُرْخَاةٌ وَعَلَى بَابِ الصِّرَاطِ دَاعٍ يَقُولُ : أَيُّهَا النَّاسُ ادْخُلُوا الصِّرَاطَ جَمِيعًا, وَلَا تَتَفَرَّجُوا وَدَاعٍ يَدْعُو مِنْ جَوْفِ الصِّرَاطِ, فَإِذَا أَرَادَ يَفْتَحُ شَيْئًا مِنْ تِلْكَ الْأَبْوَابِ, قَالَ : وَيْحَكَ لَا تَفْتَحْهُ فَإِنَّكَ إِنْ تَفْتَحْهُ تَلِجْهُ, وَالصِّرَاطُ : الْإِسْلَامُ وَالسُّورَانِ : حُدُودُ اللَّهِ تَعَالَى, وَالْأَبْوَابُ الْمُفَتَّحَةُ مَحَارِمُ اللَّهِ تَعَالَى, وَذَلِكَ الدَّاعِي عَلَى رَأْسِ الصِّرَاطِ, كِتَابُ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ, وَالدَّاعِي فَوْقَ الصِّرَاطِ : وَاعِظُ اللَّهِ فِي قَلْبِ كُلِّ مُسْلِمٍ
“Sesungguhnya Allah membuat dua permisalan mengenai shirothol mustaqim. Pada kedua sisi shirotol mustaqim tersebut terdapat pintu-pintu yang terbuka. Pada setiap pintu terdapat tabir. Di atas pintu shiroth ada seorang penyeru yang mengatakan, “Wahai sekalian manusia masuklah kalian semua ke dalam shiroth dan janganlah kalian berpaling ke penyeru yang menyeru di pinggir shiroth. Jika seseorang ingin membuka pintu tersebut sedikit saja maka dia (penyeru di atas shiroth) akan mengatakan, “Celakalah engkau jangan buka pintu itu karena jika engkau membukanya maka dia akan terus mendesakmu”.
Shiroth adalah Islam. Dua sisi jalan adalah batasan Allah. Pintu yang terbuka adalah hal-hal yang Allah Ta’ala haramkan. Penyeru yang berada di puncak shiroth adalah Kitab Allah ‘Azza wa Jalla (Al Qur’an). Penyeru di atas shiroth adalah peringatan Allah yang ada di hati setiap muslim”[4].
Maka tergambarlah permisalan yang mudah-mudahan Allah memberikan manfaat dengannya. Allah Subhana wa Ta’ala memberikan permisalan shiroth mustaqim. Pada kedua sisinya ada dinding. Anda sedang melalui jalan yang lurus sedangkan pada sisi kanan dan kirinya terdapat dinding. Pada kedua dinding tersebut terdapat banyak pintu. Melalui pintu tersebut anda dapat lari ke kanan atau ke kiri. Pada pintu-pintu ini terdapat penutup/tabir. Anda tahu bahwasanya pintu yang terdapat padanya tabir bukanlah seperti pintu dan gemboknya. Pada intu yang ada tabirnya anda dapat memasukinya tanpa adanya kesulitan. Tidak ada yang merintangi anda untuk memasukinya. Seorang muslim yang lurus/istiqomah jika jiwanya ingin menuruti syahwatnya maka dia akan mendapati hatinya akan mencegah dan membisikkannya, dia tidak akan mendapatkan kesenangan dan ketenangan padanya. Inilah peringatan yang Allah berikan pada hati setiap muslim.
Intinya, pokok pembicaran pada hadits ini adalah khabar tentang adanya pintu-pintu pada dua sisi jalan keistiqomahan yang mampu mengeluarkan seseorang dari jalan keistiqomahan tersebut. Pintu ini boleh jadi pintu syubhat atau syahwat. Sehingga seorang hamba dapat menyimpang dari jalan keistiqomahan yang lurus melalui pintu syubhat atau syahwat.
Ibnul Qoyyim Rohimahullah mengatakan, “Allah Subhana wa Ta’ala bentangkan jembatan yang di atasnya akan dilalui manusia menuju surga. Kemudian Allah tempatkan di setiap sisinya gancu (yang biasa digunakan untuk mengambil bara api -pen) yang akan menyambar, mengait manusia sesuai dengan amal mereka. Gancu ini mirip dengan syubhat kesesatan dan syahwat yang buruk. Keduanya mampu mencegah seseorang dari jalan keistiqomahan yang lurus dan jalan kebenaran yang harus dilaluinya. Maka orang yang terjaga dari syubhat dan syahwat yang buruk hanyalah orang-orang yang Allah jaga”[5].
“Seorang hamba pada keadaan ini membutuhkan dua hidayah/petunjuk agar dia selamat ketika menjalaninya. Hidayah tersebut adalah hidayah menuju jalan keistiqomahan yang lurus dan hidayah di atas atau pada jalan keistiqomahan yang lurus pula”.
Ibnul Qoyyim Rohimahullah mengatakan,
“Hidayah menuju jalan keistiqomahan adalah sebuah hidayah tersendiri dan hidayah di atas jalan keistiqomahan juga hidayah yang tersendiri pula. Coba anda renungkan, seseorang yang hanya mengetahui jalan menuju kampung tertentu dengan melalui arah ini dan itu. Maka dia tidak akan mampu dengan baik menuju kampung tersebut. Karena perjalanannya juga membutuhkan pentunjuk khusus, yaitu petunjuk ketika sedang berada di perjalanan itu sendiri. Petunjuk khususnya itu misalnya : anda sebaiknya melakukan perjalanan pada waktu ini dan itu saja, istirahat di tempat ini dan itu saja. Inilah petunjuk ketika berada di perjalanan. Seorang yang hanya tahu jalan (arah) menuju tempat tertentu dapat terlantantar, tersesat dan tidak dapat mencapai tempat tujuan yang diinginkannya”[6].
*****
Kesimpulan
- Manusia membutuhkan 2 jenis hidayah dalam mengarungi hidupnya. Pertama adalah hidayah menuju jalan keistiqomahan yang lurus. Kedua adalah hidayah ketika berada di atas perjalanan jalan yang lurus.
- Ada 2 senjata ampuh syaithon yang diperuntukkan bagi orang-orang yang akan berjalan di atas jalan keistiqomahan. Senjata tersebut adalah senjata syubhat dan syahwat.
- Syahwat akan menimpa orang yang lalai dengan nafsunya. Sedangkan syubhat akan menimpa orang yang lalai dengan ilmu Al Qur’an dan Sunnah Nabi Shollallahu ‘alaihi wa Sallam.
Allahu a’lam.
[1] Lihat ‘Asyaru Qowa’id fii Al Istiqomah hal. 33-38 terbitan Darul Fadhilah
[2] HR. Ahmad no. 4142.
[3] Ighotsatul Lahfan hal. 136/I.
[4] HR. Ahmad no.17264, Tirmidzi no. 2859, Al Hakim 144/I, beliau menilainya shohih dan disepakati oelh Adz Dzahabiy dan Al Albani dalam Shohihul Jami’ no. 3887.
[5] Ash Showa’iqul Mursalah hal. 1256/IV.
[6] Risalah Ibnil Qoyyim ilaa Ahadi Ikhwanihi hal. 9.
Sumber : www.alhijroh.com
0 komentar:
Posting Komentar