Duhai Ayah dan Ibuku Mengapa Kalian Tidak Melakukan Yang Kalian Perintahkan ….
Segala puji yang disertai pengagungan seagung-agungnya hanya milik Allah Subhanahu wa Ta’ala dan perendahan diri kita yang serendah-rendahnyanya hanya kita berikan kepadaNya Robbul ‘Alamin. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi was sallam.
Seorang anak dilahirkan dari rahim ibunya dalam keadaan fitrah yaitu dalam keadaan islam. Sebagaimana hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam,
مَا مِنْ مَوْلُودٍ إِلاَّ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ وَيُنَصِّرَانِهِ وَيُمَجِّسَانِهِ
“Tidaklah seorang anak dilahirkan melainkan dilahirkan dalam keadaan islam. Maka kedua orang tuanyalah yang membuatnya menjadi orang yahudi atau nashrani atau majusi”[1].
Yang dimaksud dalam keadaan fithrah adalah dalam keadaan islam, sebagaimana kelanjutan hadits (فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ وَيُنَصِّرَانِهِ وَيُمَجِّسَانِهِ) “Maka kedua orang tuanyalah yang membuatnya menjadi orang yahudi atau nashrani atau majusi”.
Kedua orang tuanyalah yang menghiasinya dengan cahaya islam atau gelapnya kekufuran. Orang tuanyalah yang menghiasinya dengan akhlak karimah/mulia ataupun mengotorinya dengan akhlak yang fasidah/buruk.
Sudah menjadi kewajiban kedua orang tuanya, ayah dan ibunya untuk mendidik anak-anaknya mereka di atas cahaya Al Qur’an dan mulianya Sunnah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ
“Wahai orang-orang yang beriman jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya dari manusia dan batu”. (At Tahrim [66] : 6).
Diantara hal terpenting dalam pendidikan anak adalah kedua orang tua memberikan suri tauladan yang baik bagi kedua anaknya. Maka wajib bagi mereka untuk menampakkan dalam keseharian mereka akhlak-akhlak mulia di depan anak-anak mereka karena terutama ibu sebagaimana pepetah mengatakan,
الأُمُّ مَدْرَسَةٌ أُوْلَى
“Ibu adalah madrasah/sekolah yang pertama”.
Maka tidaklah mungkin kedua orang tua bisa mendidik anaknya sesuai apa yang mereka cita-citakan jika kedua orang tuanya tidak mampu menjadi suri tauladan yang baik bagi buah hati mereka.
Bagaimana mungkin mereka akan melihat buah hatinya akan menunjukkan akhlak yang mulia sedangkan kedua orang tuanya tidak pernah menunjukkan keseharian mereka dengan akhlak mulia ???!!
Lebih dari itu apakah kita sebagai orang tua tidak takut terhadap apa yang sebutkan di dalam kitab yang tidak ada keraguan padanya ???!!! Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفْعَلُونَ (2) كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللَّهِ أَنْ تَقُولُوا مَا لَا تَفْعَلُونَ (3)
“Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan”. [QS. Ash Shof (61) : 2-3]
Tidak merindingkah kita membaca firman Allah Azza wa Jalla ini ?
أَتَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبِرِّ وَتَنْسَوْنَ أَنْفُسَكُمْ وَأَنْتُمْ تَتْلُونَ الْكِتَابَ أَفَلَا تَعْقِلُون
“Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) iman dan kebaikan, sedang kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, padahal kamu membaca Al Kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir?”. [QS. Al Baqoroh (2) : 44]
Tidak merintihkah kita membaca hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam ini ??!!
يُجَاءُ بِالرَّجُلِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَيُلْقَى فِيْ النَّارِ فَتَنْدَلِقُ أَقتَابُهُ فِيْ النَّارِ فَيَدُوْرُ كَمَا يَدُوْرُ الْحِمَارُ بِرَحَاهُ فَيَجْتَمِعُ أَهْلَ النَّارِ عَلَيْهِ فَيَقُوْلُوْنَ أَيْ فُلَانًا مَا شَأْنُكَ ؟ أَلَيْسَ كُنْتَ تَأْمُرْنَنَا بِالْمَعْرُوْفِ وَتنْهَانَا عَنِ الْمُنْكَرِ ؟ قَالَ كُنْتُ آمَرَكُمْ بِالْمَعْرُوْفِ وَلَا آتَيهُ وَأَنْهَاكُمْ عَنِ الْمُنْكَرِ وَآتيهُ
“Didatangkan seorang laki-laki pada hari kiamat kemudian dia dilemparkan ke nereka sehingga keningnya tersungkur ke api neraka kemudian dia berputar-putar sebagaimana berputar-putarnya keledai dengan talinya. Kemudian berkumpullah para penduduk neraka kemudian mereka bertanya kepada orang tersebut, “Wahai Fulan bagaimana keadaanmu (mengapa kau diadzab demikian) ? Bukankah kau dahulunya memerintahkan kami untuk berbuat kebaikan dan melarang kami dari berbuat kemungkaran ?” Kemudian dia menjawab, “Dahulu aku memerintahkan kalian untuk berbuat kebaikan namun aku tidak mengerjakannya dan aku larang kalian dari kemungkaran namun aku mengerjakannya[2]”.
Wahai jiwa yang lemah marilah kita camkan bersama-sama ayat-ayat dan hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam di atas agar kita memperoleh keturunan yang menjadi penyejuk hati dan kita terhindar dari ancaman Allah ‘Azza wa Jalla di atas.
[1] HR. Bukhori dan Muslim dan lafadz ini milik Muslim.
0 komentar:
Posting Komentar